Rabu, 05 April 2023

Jadilah Sosok yang Berbeda

 Meluaskan Manfaat Bersama LMI


Kenapa harus menjadi sosok yang berbeda? Bukankah menjadi sama itu lebih mudah? Kenapa bisa dipermudah harus dipersusah?

Setiap insan memiliki karakter yang berbeda, sekalipun terlahir kembar identikpun tetap memiliki keunikannya sendiri. Menjadi sosok yang berbeda dengan yang lainnya adalah fitrah. Allah telah meniciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya. Menjadi sama dengan yang lainnya itu sesuatu yang tidak mudah, karena bisa jadi bukan karakter atau bakatnya, yang dapat melukai fitrahnya. Sebagai contoh, Bagus jago dibidang olahraga, sementara Teguh jago dibidang matematika. Persepsi pada umumnya, anak yang berprestasi adalah yang jago dibidang matematika. Bahkan orangtua Bagus memaksa Bagus untuk menguasai matematika. Bagus merasa tersiksa dan mengalami kesusahan yang teramat berat untuk menjadi sama seperti Teguh yang jago matematika. Meskipun Teguh sangat jago dibidang matematika, tetapi ketika pelajaran olahraga, Teguh biasa saja dan tidak begitu menguasainya, bahkan membutuhkan usaha lebih yang membuat Teguh merasa tidak nyaman. Ketika orangtua Bagus sadar, dan mendukung Bagus untuk terus berlatih dibidang olahraga, Bagus semakin jago dan menjadi atlet tingkat daerah, nasional, bahkan internasional. Bagus memilih berkarier dibidang olahraga yang mengantarkannya menjadi sosok berbeda versinya yang sukses. Walaupun perjalanan yang dilaluinya tidaklah mudah, tetapi karena sesuai dengan karakternya maka akan terasa mudah dan terus tertantang untuk melaluinya dengan sebaik-baiknya.

Menjadi sosok yang berbeda seharusnya mudah, karena sesuai dengan fitrah. Jika kita menjadi sosok yang sama, maka akan lebih susah karena keluar dari fitrah. Menjadi sosok yang berbeda adalah dengan menemukan keunikan diri sendiri dan mengasahnya dengan baik sehingga potensi yang ada dalam diri dapat muncul dengan baik. Hal inilah yang bisa mendorong setiap individu untuk menjadi versi terbaik dirinya, sehingga sukses versi masing-masing tak harus bersaing, tetapi saling berkolaborasi untuk meluaskan manfaat. Tak ada perasaan insecure yang ada hanyalah ungkapan syukur. Bukankah dengan bersyukur maka akan Allah tambah berlipat-lipat kenikmatannya? Jika setiap individu bisa menjadi versi terbaik dari dirinya, maka akan lebih meluas kebermanfaatannya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat? Bulan Ramadan hadir sebagai sarana untuk menjadikan setiap insan menjadi sosok yang berbeda meskipun dengan tujuan yang sama menjadi insan yang bertakwa. Bulan Ramadan menjadi ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Banyak suguhan amal shalih yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membaca al qur’an. Jika seseorang membaca al qur’an dengan gaya khasnya, tidak meniru bacaan orang lain, maka akan terlihat sosok pribadinya yang berbeda. Bacaan yang keluar atau terdengar merupakan hasil reaksi antara si pembaca dengan indahnya kata-kata dalam al qur’an, yang mungkin bisa lebih menggetarkan hati.

Memaksimalkan amal shalih di bulan Ramadan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Tidak harus menjadi sama seperti orang lain, tetapi harus menjadi sosok yang berbeda. Bukankah menjadi sosok yang berbeda itu jauh lebih mudah? Diantara kita mungkin ada yang dilebihkan rezekinya, sehingga bisa dengan mudahnya sedekah buka puasa untuk jalan beramal shalihnya. Namun bagi yang belum bisa sedekah buka puasa, tak perlu insecure, harus terus bersyukur dan perlu menjadi sosok yang berbeda. Menjadi sosok yang berbeda harus bisa membaca berbagai peluang yang ada. Buka puasa bersama banyak dilakukan di berbagai tempat, seperti di masjid. Banyak masjid-masjid yang mengadakan buka puasa dan terkadang menyisakan sampah. Mengambil bagian dalam pengelolaan sampah dengan memilahnya dan mengolahnya agar tidak mencemari lingkungan dan bisa merubahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai juga menjadi sarana beramal shalih. Bila belum bisa berkontribusi dengan harta, maka bisa dengan pikiran, jika belum bisa juga, bisa dengan tenaga. Namun kontribusi terbaik adalah jika dilakukan secara kaafah (menyeluruh), baik dengan harta, pikiran, tenaga, maupun jiwa. Tentunya semua itu harus dilakukan dengan ikhlas, semata-mata untuk meraih ridhaNya. Menjadi sosok yang berbeda dan saling berkolaborasi dapat meluaskan manfaat yang sangat luar biasa, sehingga bisa mencerminkan islam rahmat bagi semesta alam.

Menjadi sosok yang berbeda tidak bisa berdiri sendiri, membutuhkan suatu instansi sebagai sarana berkolaborasi agar sesuatu yang kecil dapat dihimpun menjadi hal yang besar dan lebih luas manfaatnya. Ibarat sebuah pohon. Akar, batang, dan daunnya tidak bisa berdiri sendiri, harus saling bersinergi, berkolaborasi menjadi satu kesatuan yang utuh, dan baru bisa disebut pohon. Pohon yang terawat dengan baik, akan tumbuh dan bisa menghasilkan buah yang manis. Begitu juga dalam melakukan berbagai kebaikan, membutuhkan suatu Lembaga yang bisa menghimpun sesuatu yang kecil menjadi hal besar yang lebih luas manfaatnya, sehingga terasa lebih manis buahnya. LMI (Lembaga Manajemen Infaq) merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat berskala Nasional yang sudah terpercaya dan amanah dalam menyalurkan banyak kebaikan dengan berbagai programnya. Terkhusus di bulan Ramadan ini, banyak program kebaikan yang bisa menjadi alternatif pilihan untuk menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan sebelumnya. Mulai dari program bekal puasa keluarga dhuafa, kado lebaran yatim dan dhuafa, sedekah al qur’an, tebar fidyah, zakat maal, dan tebar zakat fitrah. Sejatinya memberi sama dengan menerima, dengan memberi maka hati akan terasa bahagia. Berbagai menu program kebaikan Ramadan telah disuguhkan, tinggal pilih dan nikmatilah kelezatannya. Semoga bisa menjadi sarana untuk menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan sebelumnya, tentunya menjadi sosok yang lebih baik dan bisa mencapai derajat takwa.

Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang patut menjadi renungan kita bersama yang artinya “Orang yang paling penyayang kepada umatku adalah Abu Bakar. Orang yang paling tegas dalam menegakkan urusan Allah adalah Umar. Orang yang paling memiliki rasa malu adalah Utsman. Orang yang paling pandai membaca al qur’an adalah Ubay bin Ka’ab. Orang yang paling ahli dalam ilmu faraidh adalah Zaid bin Tsabit. Orang yang paling alim dalam membedakan mana yang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Bukankah setiap umat itu pasti ada yang berjiwa pemimpin dan pemimpin umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah” (HR At Tirmidzi, An Nasa’I, Ath Thabrani, dan Al Baihaqi).

Selamat menjadi sosok yang berbeda. Semoga Allah mudahkan menjadi versi terbaik dirimu agar lebih meluas kebermanfaatannya.

Informasi lebih lanjut terkait LMI :

Website: lmizakat.id

Instagram: Instagram.com/lmizakat

Facebook: facebook.com/lmizakat.org



“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” yang diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena”




Senin, 13 Maret 2023


 

Ayat - ayat CintaNya 

Setiap yang mencintai, pasti bisa merasakan tanda cinta dari yang dicintainya. Asalkan cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun percayalah, ada yang Maha Cinta, yang cintanya tak terkira, tetapi malah sering terlupa oleh kita sebagai hambaNya, cinta Allah SWT.  Ayat – ayat cinta inilah yang menjadi tanda agar kita bisa senantiasa terkoneksi denganNya. Ayat - ayat cinta ini tertulis indah dalam al qur’an yang bisa menjadi panduan hidup bagi siapa saja yang mau membaca, mentadabburi dan berusaha mengamalkannya. Semakin sering mencerna ayat cintaNya, semakin merasa begitu istimewa setiap kata yang penuh dengan makna di dalamnya. Selalu ada insight baru yang dapat memandu hidup menjadi semakin hidup penuh makna dan tidak mudah terlena dengan gemerlapnya dunia yang hanya sementara. 

Kata cinta yang sangat universal itu tak pernah habis untuk dibahas. Tidak hanya cinta seorang hamba dengan sang pencipta, tetapi juga cinta sesama makhluk yang diciptakan. Rasa cinta antar sesama makhluk akan menciptakan keharmonisan hidup. Rasa cinta manusia dengan tumbuhan, hewan, alam semesta dan segala makhluk Allah lainnya akan menimbulkan rasa untuk melindungi, menjaga, memelihara dengan penuh kasih sayang bukan untuk mengeksploitasi dan membuat berbagai kerusakan. Cinta yang bisa mendekatkan ke Maha Cinta. Bukankah tujuan hidup kita di dunia untuk kembali kepadaNya dan berjumpa dengan Maha Cinta yang telah menciptakan kita dengan sempurna? 

Malam itu, kabar yang penuh kebahagiaan datang dari seorang sahabat yang Allah pertemukan dengan pasangannya yang jauh dinegeri seberang. Ini adalah sebuah kisah cinta antar sesama manusia yang melampaui batas negara dengan membangun mahligai rumah tangga yang insya allah akan bahagia di dunia hingga ke surgaNya, dengan segala tantangan di setiap tahap kehidupannya. Ikatan yang disambungkan dengan nama Allah yang Maha Cinta. Teringat ayat cintaNya, kalau kata Allah : “Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” (QS An Naba : 8). Apa yang Allah katakan selalu benar dan janji Allah akan selalu tepat, tidak akan ingkar janji. Jika direnungkan, dari kalimat “Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan” ini suatu ucapan yang luar biasa, yang memberi ketenangan bagi siapa saja terutama para jofisa (jomblo fisabilillah). Bahkan di ayat cintaNya yang lain, Allah berkata : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)” (QS Az Zariyat : 49). Betapa indahNya ucapan Allah, yang memang perlu direnungkan agar bisa diambil pesan cinta yang terkandung di dalamnya, setidaknya dalam setiap kejadian bisa menjadi sarana untuk terkoneksi denganNya mengingat segala kemaha kuasaan dan kebesaranNya.

Mulai sekarang, jika menerima undangan pernikahan adalah sarana untuk menggali insight baru tentang ayat-ayat cintaNya yang mungkin ayatnya sama, tetapi jika ditadabburi akan memberikan sentuhan dan rasa yang berbeda, semakin digali maknanya, semakin meleleh hati ini dibuatnya. Bisa juga menjadi sarana untuk menambah ilmu tentang pranikah dengan mencari ayat-ayat tentang dunia pernikahan sebagai bekal agar semakin terkoneksi denganNya. Pertanyaan “kapan nikah?”, bukan lagi menjadi suatu masalah yang menjadikan kegalauan. Semakin banyak ditanya “kapan nikah?” maka semakin ingat dengan ayat-ayat cintaNya, dan semakin terkoneksi dengan sangat erat kepada Sang Maha Cinta. Mungkin awalnya ditanya “kapan nikah?” akan direspon dengan cemberut, tetapi setelah memaknai ayat-ayat cintaNya akan tersenyum dengan bahagia, tanpa ada rasa takut dan rasa khawatir yang bisa berujung pada kegalauan. Semakin sering membaca ayat-ayat cintaNya dengan berusaha memaknai dan mentadabburinya maka akan semakin mudah untuk merasakan bahagia dalam segala kondisi. Satu pesan yang perlu diingat “Jangan Lupa Bahagia”. Cara termudah untuk bahagia adalah selalu dekat dengan ayat-ayat cintaNya agar jiwa menjadi tentram.

Pergi ke kondangan bukan lagi menjadi hal yang mengkhawatirkan karena biasanya bakal ditanya “kapan nikah?” walau dengan nada penuh canda. Apalagi sebentar lagi bulan syawal yang biasanya dapat banyak undangan. Berbekal dengan ayat-ayat cintaNya, menjadikan pergi ke kondangan bukan hanya sekedar memenuhi undangan, menyantap hidangan, tetapi juga ada misi untuk mentadabburi ayat-ayat cintaNya yang berkaitan dengan pernikahan. Selain itu juga menjadi sarana bersilaturahmi dengan teman-teman yang mungkin sudah sangat lama tidak berjumpa, menjadi sarana reuni tipis-tipis, diselingi dengan cerita penuh canda dan tawa. Kondangan kali ini mengingatkan tentang salah satu ayat cintaNya dengan makna yang sangat istimewa yang belum pernah terpikirkan dan membuat hati ini merinding dan takjub dengan kuasaNya. Kata Allah : 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ الحجرٰت :١٣

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling takwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(QS. Al-Hujurat : 13)

 Masih ingat ayat cinta yang sebelumnya kan? Nah, sebelum lanjut tadabburnya, kembali ke ayat cinta, yang kata Allah : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)”. Cara untuk mengingat kebesaran Allah dengan memaknai ayat cintaNya, memikirkan setiap kata di dalamnya. Di ayat tersebut Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Lalu, apa makna berpasangan? Spontan jadi teringat, kalau beli sandal kan pasti sepasang ya? sepatu juga sepasang. Bentuk antara kanan dan kirinya berbeda, tetapi saling menyempurnakan. Kalau sama, jadi tidak sepasang lagi kan? Bahkan tidak enak untuk dipakai jika bentuknya sama. Sandal atau sepatu sisi kanan dan kiri saling berkolaborasi agar nyaman digunakan oleh si empunya. Masya allah, betapa luar biasanya Allah yang telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan agar semuanya berjalan seimbang penuh harmoni, saling berkolaborasi menjalankan peran masing-masing. Masih banyak contoh lainnya, seperti : bumi dan langit, malam dan siang, begitu juga laki-laki dan perempuan. 

Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan. Jika mengingat sejarah manusia, pasti teringat ayahanda Nabi Adam As dan ibunda Hawa. Dari sepasang manusia yang turun dari surga menjalankan tugas di bumi untuk sementara waktu dan akan kembali ke kampung halamannya di surga. jika berhasil menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dengan panduan kitabullah sebagai kumpulan tentang ayat - ayat cintaNya. Menjalani segala ketetapan Allah dan berupaya dengan sungguh-sungguh menjalankan berbagai peranannya selama hidup di dunia. Dari sepasang manusia, menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa yang saling mengenal dan bisa berkolaborasi dalam menjalankan berbagai peranannya agar tercipta kehidupan yang harmoni. Tidak ada bedanya, semuanya sama dimata Allah, karena Allah tidak memandang dari suku, bangsa, jabatan, dan segala hal yang bisa membatasi yang terkadang menjadi standar-standar manusia. Namun, ada satu parameter yang bisa dicapai semua orang agar menjadi orang yang termulia di hadapan Allah yaitu dengan jalan taqwa.

Bersatunya seorang laki-laki dan perempuan dalam suatu ikatan pernikahan menjadi salah satu jalan taqwa. Menjadi pasangan yang bertemu karena Allah dan menjalankan segala syariatNya secara bersama-sama, berkolaborasi dalam segala hal kebaikan dan saling menguatkan. Teringat pesan Rasulullah “Jika seorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh yang lainnya” (HR. Al Baihaqi). Jalan taqwa itu banyak caranya, yang terpenting selalu dalam panduan ayat-ayat cintaNya (kitabullah) dan mengikuti contoh-contoh dari Rasulullah. Di saat kondangan di salah satu sahabat yang mendapat pasangan dari negara Turki, mengingatkan tentang ayat cintaNya QS Al-Hujurat ayat 13. Terasa begitu nyata ayatnya, seolah Allah memberikan pelajaran berharga, bahwa jika Allah sudah berkehendak, maka sangat mudah bagi Allah untuk menghimpun hambaNya dibelahan bumi mana saja. Turki merupakan sebuah Negara trans benua yang menjadi pembatas antara benua Asia dan Eropa. Bahkan menjadi salah satu tempat bersejarah bagi umat Islam. Kisah heroik tentang perjuangan pemuda yang menjadi pasukan terbaik dan mendapat kepercayaan menjadi penakluk konstantinopel. Pasti kita tidak asing dengan namanya bukan?, Muhammad Al Fatih. Kisah Muhammad Al Fatih ini juga bisa diambil pelajaran dari sudut pandang kehidupan berumah tangga, dimana Al Fatih dibesarkan dengan misi keluarga yang memang diturunkan dari kakek-kakeknya, bahkan tersambung hingga ke Rasulullah untuk menjadi generasi terbaik yang bisa menaklukkan konstantinopel. Disaat seorang laki-laki dan perempuan diikat dalam ikatan suci pernikahan, maka perlu adanya visi misi yang mulia yang menjadi penggerak setiap perjalanan kehidupan berumah tangga, agar senantiasa bisa terkoneksi dengan Sang Maha Cinta sehingga bisa menjalankan berbagai peranan dengan penuh rasa bahagia walau dalam segala kondisi yang mungkin tak terduga.

Pesan yang bisa diambil dari sekelumit kisah ini adalah betapa nikmatnya jika senantiasa memperhatikan ayat - ayat cintaNya, bisa membuat hati tenang dan bahagia. Pernikahan adalah fitrah dari Sang Pencipta, sehingga tidak perlu risau apalagi khawatir. Apapun kondisinya, jika kita mau mengambil pelajaran maka akan mendapatkannya. Kita semua sama, yang bisa membedakan hanyalah ketaqwaan. Jalan taqwa banyak caranya, yang terpenting sesuai dengan panduan ayat - ayat cintaNya (kitabullah) dan mencontoh Rasulullah. Visi misi hidup itu penting, begitu juga visi misi pernikahan atau keluarga sebagai penggerak untuk terus mendekat kepadaNya, karena tujuan akhir hidup di dunia adalah bertemu dan melihat Allah SWT. Tak terasa sebentar lagi bulan yang mulia, bulan turun ayat - ayat cintaNya akan segera hadir. Tinggal menghitung hari, semoga kita bisa memaksimalkan diri untuk berlama-lamaan membaca, mengkaji, mentadabburi, maupun menghafalkan ayat-ayat cintaNya. Semoga sedikit kisah ini bisa menginspirasi untuk semakin antusias dalam merenungi ayat-ayat cintaNya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar ayat - ayat cintaNya yang tertulis indah dalam Al Qur’an membuat hidup kita semakin hidup.



Sabtu, 04 Februari 2023

SAINTIS MUSLIM


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berkal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah            sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”

(QS Ali Imran : 190-191)


 Secara umum, sumber kebenaran ilmiah ditentukan dari kualitas referensi yang digunakan. Saintis muslim memiliki sumber kebenaran ilmiah tertinggi berupa Al Qur’an dan Al Hadits. Aktivitas ilmiah seorang saintis muslim di pandu dalam Al Qur’an seperti di sebutkan dalam surat Ali Imran ayat 190-191, bahwa menjadi saintis muslim berbeda dengan sekedar menjadi saintis saja. Seorang saintis muslim menjadikan segala aktivitas ilmiahnya dengan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi menggunakan pandangan Islam. Alam semesta yang diamati dan diteliti, disadari oleh saintis muslim sebagai ayat dan petunjuk yang mengingatkannya dan senantiasa terhubung dengan Sang Khaliq (Maha Pencipta). Berbeda halnya dengan seorang saintis yang meskipun beragama Islam, tetapi tidak menggunakan Islam sebagai cara pandangnya dalam segala aspek kehidupan termasuk aktivitas ilmiahnya. Arti kata Islam adalah penyerahan diri secara menyeluruh, sementara muslim adalah seseorang yang menyerahkan seluruh aktivitasnya untuk diatur dengan cara pandang Islam.

Menjadi seorang muslim apalagi saintis muslim merupakan komitmen yang memiliki konsekuensi yang perlu diperjuangkan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Tugasnya berat menyatukan antara keilmuan dan keislaman, agar selamat di dunia dan akhirat. Di zaman sekarang, dimana paham Sekularisme begitu mulai lekat dengan masyarakat dengan sistem yang dirancang secara sistematis, terstuktur dan masif, dengan memisahkan antara keilmuan dengan agama terutama keislaman.  Menurut sudut pandang Islam, keilmuan dan keislaman adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, ibarat dua mata koin yang melekat tak dapat dipisahkan. Mengingat tugasnya yang begitu berat, tetapi penuh dengan kemuliaan maka perlu selalu mendekat dan berdekatan dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu agar bisa dikuatkan dalam menghadapi setiap tantangan.

Konsep hirarki ilmu dan adanya konsep fard ‘ayn dan fard kifayah disadari benar oleh seorang saintis muslim. Ada skala prioritas dalam mempelajari ilmu, tidak memperlakukannya sama rata, sehingga dalam mempelajari ilmu tidak akan mengabaikan ilmu-ilmu fard ‘ayn demi mengejar ilmu fard kifayah. Keadilan pada ilmu bukan mengabaikan yang satu karena yang lain, akan tetapi memberikan sesuatu pada tempatnya yang layak. Sikap adil pada ilmu menjadikan seorang saintis memiliki adab, setiap aktivitas keilmuannya tidak boleh menghalanginya dalam melakukan ibadah dan ketaatan. Setiap aktivitas ilmiahnya merupakan salah satu aspek dari ibadah secara keseluruhan, inilah hal yang sangat disadari oleh seorang saintis muslim. Tujuan utamanya dalam mencari ilmu melalui kegiatan sainsnya adalah untuk mengenal Sang Pencipta, mentaati dan beribadah kepadaNya. Tugas sebagai saintis muslim merupakan suatu sarana dalam menjalankan tugas utamanya sebagai khalifah untuk memberi manfaat di muka bumi. Inilah saintis yang menjaga akhlak dan adabnya terhadap Sang Pencipta, manusia sekitarnya, ilmunya, dan alam semesta, sehingga menyebarlah islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Sudah siapkah kamu menjadi saintis muslim yang membawa misi untuk kembali membangkitkan kejayaan islam menjadi peradaban yang gemilang?

 

Referensi :

Ishaq, Usep Muhammad. "Menjadi Saintis Muslim, depok." (2014).

https://fpscs.uii.ac.id/blog/2023/01/08/mengenang-kembali-urgensi-ilmu-pengetahuan-dalam-peradaban-islam/

https://bdkpadang.kemenag.go.id/berita/ilmuwan-peradaban-islam


Jumat, 16 September 2022

 

Manusia itu Hidup, Tidak untuk Sendirian

 Suara riuh obrolan seru, terdengar dari deretan kamar pertama kos – kosan yang biasanya sepi. Apalagi sepekan ini yang tak berpenghuni, karena si empunya baru saja mudik ke kampung halaman tercinta. Terpat dua hari, kamar ini sudah memiliki kehidupan seperti semula, di tambah ada tamu dari luar kota, seorang sahabat dari si empunya kamar. “Na, ada gempa ya Na?” tanya Zuzu si empunya kamar pada sabahatnya. “Enggak, Zu” balas Nana dengan bingung. “Eh, Na. Coba deh rasakan, goyangkan?” tanya zuzu kembali sambil menunjuk meja di depannya. “Enggak kok Zu” balas Nana dengan tenang. Dalam benak Zuzu “Apa ada yang aneh dengan diriku? Alhamdulillah nggak ada gempa, hanya perasaanku saja”. Dua hari ini semenjak kedatangannya dari rumah, Zuzu memang banyak deadline yang harus di selesaikan. Bahkan, sore hari mendarat di kosan, dia langsung menyalakan laptopnya dan menyelesaikan deadlinenya hingga dini hari. Pagi harinya maraton sampai sore hari di depan layar untuk mengikuti pelatihan dan esok harinya masih melanjutkan pelatihan. Mungkin fisik Zuzu sudah mulai protes.

Sore hari selepas agenda Zuzu selesai, dia langsung mengajak sahabatnya untuk menikmati semaraknya kota, mengunjungi teman untuk bersilaturrahmi dan sedikit waktu untuk menyantap makanan khas kota ini. Zuzu sudah merasa ada yang tidak beres dalam dirinya. Badannya mulai demam walau tidak signifikan. “Na, maaf ya, aku nggak bisa menemanimu jalan – jalan lebih lama. Selepas makan, kita pulang yuk, besok kan kamu masih banyak agenda.” Ucap Zuzu sambil menatap sahabatnya. “Boleh Zu, aku juga gampang lelah, jadi aku nggak mau besok terlalu lelah gara – gara malam ini kita banyak jalan - jalan” Jawab Nana sambil melahap makanan yang sangat lezat. Tanpa sepengetahuan Nana, Zuzu meminum obat pereda demam, berharap badannya segera sehat kembali dan bisa menemani Nana selama berkunjung ke kosnya.

Adzan subuh berkumandang, Zuzu bergegas untuk melaksanakan shalat subuh. Alhamdulillah badan Zuzu lebih sehat dan sudah tidak demam. Zuzu mengantar Nana untuk mengikuti seminar yang menandakan waktu perjumpaan dia dan Nana sampai pada penghujungnya. Selepas seminar, Nana langsung pulang. Zuzu sedikit sedih, karena kosannya bakal sepi lagi. Di kosan, Zuzu merasakan badannya kembali demam. Zuzu memutuskan untuk istirahat saja dan berharap tubuhnya segera pulih kembali. Namun, demamnya semakin tinggi, akhirnya Zuzu memutuskan untuk tetap di kosan sambil merawat dirinya sendiri. Zuzu mengecek ketersediaan bahan makanan, alhamdulillah cukup untuk persediaan beberapa hari. Tiga hari sudah, Zuzu mengurung diri di kamar dengan kondisi demam yang naik turun. Alhamdulillah, kondisi badan Zuzu sudah stabil tidak demam lagi, namun gejala batuk mulai muncul. Banyak teman – teman kosanya yang penasaran, karena Zuzu jarang terlihat, walau ada di kosan, nggak seperti biasanya yang nggak bisa diam anaknya. Zuzu mencoba menjelaskan terkait kondisinya kepada teman – temannya. Dia memilih di kamar terus, biar nggak nularin virus. Akhirnya teman – temannya paham. Zuzu pun mendapat kabar dari Nana, kalo Nana sudah sampai rumah dengan kondisi sehat. Zuzu sangat bahagia.

Zuzu merenung dalam kesendiriannya. Beberapa hari yang lalu, Zuzu bebas kemana saja tanpa ada rasa was – was. Sekarang Zuzu terpenjara dalam kamar, walaupun pikirannya masih bisa berkelana dengan bebasnya. “Oh, ternyata inilah kehidupan. Adakalanya kita harus berhenti sejenak. Menarik diri dari hiruk pikuk aktivitas yang kadang melelahkan tapi juga menyenangkan. Dan ini, saatnya aku berdiam diri, menikmati kesendirianku. Tapi, nyatanya manusia hidup tidak untuk sendirian. Walaupun aku terisolasi di ruang tanpa ada teman. Kenyataannya pikiranku tetap mengembara di temani buku – buku yang membuat ramai walau faktanya sepi. Memang manusia hidup tidak untuk sendirian. Walaupun kadang ada waktu yang harus dihabiskan sendirian, tapi  nggak selamanya itu abadi. Pada dasarnya manusia hidup untuk beribadah kepadaNya. Mau itu dalam kondisi sepi atau ramai, ada masanya. Tapi esensi untuk beribadah sama saja. Mau sedang sehat atau sakit. Maka, berbahagialah dalam segala kondisi, selagi masih ada peluang untuk menjalankan tugas menjadi seorang hamba yang senantiasa beribadah kepadaNya”

Minggu, 06 Juli 2014

Dilema

Kamis, 6 ramadhan 1435 H

Dilema

Setiap perubahan terbaik dimuali dari diri sendiri, atas kemauan sendiri dan dengan niatan yang suci. Banyak kejadian yang membutku serasa dilema. Kejadian malam ini mengingatkanku pada apa yang aku alami dahulu. Saat aku dan ibu sholat id, aku merasa kesal banget. Ada sekelompok orang mengobrol dengan asyiknya. Padahal khottib sedang berkhotbah. Gimana mau masuk coba pencerahannaya?Aku sempet mau menegurnya, tetapi keduluan ibu yang menegurku suruh jangan ngomong saat khottib berkhutbah. Kata ibu, “kalo ada yang sedang berceramah ngga boleh berisik ngobrol sendiri, meski kita mau ngingetin, juga termasuk brisik”. Akhirnya aku diem aja, sambil sesekali berdehem keras sebagai komunikasi non verbalku berharap orang yang mengobrol menangkap pesanku dan menghentikan aktivitasnya dengan belajar mendengarkan. Hehe.... habis ngga boleh ngomong. Keep silent please....

Malam ini, selepas sholat tarawih saat pencerahan kuliah tujuh menit mungkin ibaratnya. Suara sang pembicara bersautan bahkan berbalapan dengan suara obrolan. Semakin lama semakin keras. Aku hanya bisa tersenyum. Seandainya aku yang ada di depan menyampaikan materi dan kondisinya seperti ini mungkin ingin rasanya aku berteriak geram. Untunglah, bukan aku yang menyampaikan materi. Sungguh aku tak bisa mencerna isi materinya. Suaranya yang kudengar rancu. Dominan dengan suara dengungan berisik. Rasanya aku dilema antara ingin mengingatkan atau tidak. Terus apa yang harus aku lakukan? Apakah ada yang memiliki solusi? Tapi aku sempat berpikir, jika mereka datang ke tempat suci ini untuk beribadah, pasti mereka sudah tau apa yang akan dilakukan di rumah Allah ini dan tau adhab yang harus dilaksanakan.

Semuanya serasa terputar kembali dalam otakku. Waktu aku kecil, setiap kali sholat tarawih selalu bercanda dengan temanku. Tarik – tarikan mukena, pindah – pindah tempat. Mungkin sholat tarawih hanya sebagai tameng agar bisa mainan bersama teman. Tak ada hari tanpa dimarahi. Untung ada embah – embah yang doyan marahin aku dan temenku. Meski dulu kesel sama embah – embahnya bahkan takut juga. Tapi sekarang rasanya kangen dan aku ingin berterimakasih sama beliau. Secara tidak langsung beliau telah mendidik dan mengajariku bagaimana berperilaku ketika di rumah Allah. Itu kejadiannya di mushola desaku. Sekarang yang aku alamai di masjid perkotaan yang mungkin sebagian besar pendatang. Tak ada seorang pun yang mengingatkan seperti embah – embah di desaku sebagai sesepuh. Tapi itulah kenyataannya. Yang penting aku berusaha memperbaiki diriku sendiri. Semoga allah selalu membimbing kita khususnya kaum muslimin untuk istiqomah dalam beribadah dengan khusyuk. Aamiin...

Cerminan ibadah adalah perilaku kita. Aku pernah denger katanya jika kita ingin melihat kualitas ibadah kita, maka lihatlah perilaku kita. Jika perilaku kita masih jelek, berarti ibadah kita masih jelek atau belum khusyuk..... mari kita bersama perbaiki kekhusyukan dalam beribadah..... semoga Allah selalu meridhoi niatan baik kita, merahmati langkah kaki kita dan memberkahi hidup kita. Aamiin....

Kamis, 3 Juli 2014

Nur Amala

Lezatnya Ibadah

Rabu, 5 ramadhan 1435 H

Lezatnya Ibadah

Lezatnya makanan pasti sudah pada tau bagaimana. Apalagi yang kuliah di jurusan gizi poltekkes kemenkes semarang. Semester satu ngrasain bagaimana lezatnya makanan indonesia dari sabang sampai meraoke. Semester dua alhamdulilah tau kelezatan masakan kontinental dari asia sampai eropa.... Meski belum pernah berkeliling dunia, tapi lumayan udah pernah nyobain makanannya.

Kelezatan makanan bisa membuat aku ketagihan bahkan bila berlebihan akan menimbulkan obesitas. Kalo udah obesitas? Wah, beragam penyakit mengantri didepan. Ngeri banget yah? Penyakit yang rela ngantri seperti penyakit kardiovaskuler meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner. Selain itu penyakit diabetes melitus juga ngga kalah ngebetnya pengen ngantri. Loh, kok jadi curhat masalah obes yah? Owh iyaa, pasti efek patologi tadi siang. Untuk menghindarinya, aku harus rela menahan diri untuk membatasinya meskipun kelezatannya tiada duanya.

Kalo kelezatan ibadah gimana ya? Ibadah kan nda dimakan? Mana bisa ngrasain kelezatannya. Setelah aku rasakan, kelezatan ibadah itu melebihi kelezatan makanan yang paling lezat sekalipun. Pengalaman ini berawal dari kenikmatan yang aku rasakan dalam menjalankan ibadah puasa yang alhamdulilah dapat aku laksanakan. Puasa kali ini aku rasakan jauh berbeda dari bulan – bulan sebelumnya. Aku merasa sayang jika aku melewatkan meski sekejap saja. Aku berusaha untuk menikmati detik demi detik pergantian waktu. Ingin rasanya jangan cepat berlalu. Berbeda dari yang dulu, aku selalu menanti waktunya berbuka. Baru puasa pengen segera lebaran. Bukan yang dinanti bulan puasanya, tapi lebarannya. Apalagi kalo dapat pecingan dari om, tante, bude, pade, mas, dan mba.... wah asyik banget. 

Tapi sekarang berbeda dengan apa yang aku rasakan. Ingin rasanya setiap bulan itu jadi bulan ramadhan. Alangkah indahnya, setiap kali suara adzan berkumandang dengan berbondong – bondong hamba Allah memenuhi seruanNya. Mushola, masjid penuh sesak, lantunan ayat – ayat suci al qur’an hampir terdengar setiap saat. Sungguh mendamaikan dan menentramkan hati yang menikmatinya.

Sekarang, aku merasa takut jika aku tak dapat menjumpai bulan ramadhan yang sangat istimewa ini. Aku beranggapan seandainya ini ramdhan terakhirku bagaimana? Jujur aku takut. Tetapi, dengan begitu aku termotivasi untuk mengisi setiap waktu di bulan ramadhan ini dengan sebaik – baiknya. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa. Disitulah aku merasakan kelezatan beribadah. Aku merasa ketagihan. Ingin rasaNya selalu dekat denganNya. Mungkin yang melihat perilakuku sekarang cukup mengherankan. Aku mendadak rajin di bulan yang suci ini. Tak apalah, ini adalah bulan latihan. Jadi aku gunakan untuk berlatih dari hal – hal yang kecil. Semoga aku bisa istiqomah dalam menjalankannya. Aamiin...

Lah yang paling penting disini adalah kelezatan ibadah lebih lezat dari makanan, tapi makanan lezat juga perlu. Jika aku diasup dengan makanan lezat yang gizinya seimbang, maka aku bisa menghasilkan energi untuk bekal ibadah plus menikmati kelezatannya. Dan yang paling istimewa, ketagihan akibat kelezatan ibadah ga ada batasannya, ga bahal nyebabin obes. So, dont worry be happy.... selamat menjalankan ibadah puasa.... Semoga kita semua diberi kesempatan untuk merasakan kelezatan ibadah, keberkahan dan rahmatNya... aamiin

Rabu, 2 Juli 2014

Nur Amala

Berbuka Bersama



Selasa, 4 ramadhan 1435 H

Berbuka Bersama

Tak terasa sudah menginjak hari ke – 4 ramadhan. Selepas sholat isya dan tarawih, aku sempatkan menulis kisahku dihari ini sebelum bergelut dengan handout patologi dan pangan. Semoga Allah selalu merahmati.....

Segala puji bagiMu Ya Allah, Tuhan semesta alam. Alhamdulillah hari ini aku dapat berpuasa dengan baik. Dan yang lebih mengesankan dapat buka bersama bareng mamas dan mba. Kapan lagi ada kesempatan ini jika Allah tidak mengaturnya dengan sempurna.

Sungguh, nikmatKu yang mana yang kau dustakan? Sebelum berbuka aku, mamas dan mba berjalan menyusuri jalan wolter monginsidi mencari tempat makan. Tak lama, ketemu juga tempatnya. Disela – sela perjalanan aku bisa bercerita banyak dan saling bertukar pikiran. Aku juga mencuri – curi pandang melihat matahari yang malu dan mulai bersembunyi di ufuk barat. Warnanya oren bulat, indah rasanya. Sungguh sempurna ciptaanNya. 

Saat menyantap hidangan buka puasa, aku, mamas dan mba masing saling bercerita. Rasanya aku mendapat pasokan energi baru. Semangatku yang mulai luntur kembali berkobar. Dalam perjalanan menuju masjid untuk mendirikan sholat maghrib, mamas bercerit, katanya  kalo pengen punya rumah di surga harus rajin sholat fajar. Waktunya setelah imsak sebelum adzan subuh. Tak ketinggalan sholat sunah rawatib, 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat salam 2 rakaat salam sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat sebelum ashar, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya. Wah, aku harus investasi dari sekarang biar punya rumah di surga. Perlu dicoba... Terimakasih atas silaturrahminya. Semoga Allah melimpahkan rahmat, rezeki dan berkahNya.... aamiin.....


Selasa, 1 Juli  2014

Nur Amala