Rabu, 05 April 2023

Jadilah Sosok yang Berbeda

 Meluaskan Manfaat Bersama LMI


Kenapa harus menjadi sosok yang berbeda? Bukankah menjadi sama itu lebih mudah? Kenapa bisa dipermudah harus dipersusah?

Setiap insan memiliki karakter yang berbeda, sekalipun terlahir kembar identikpun tetap memiliki keunikannya sendiri. Menjadi sosok yang berbeda dengan yang lainnya adalah fitrah. Allah telah meniciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya. Menjadi sama dengan yang lainnya itu sesuatu yang tidak mudah, karena bisa jadi bukan karakter atau bakatnya, yang dapat melukai fitrahnya. Sebagai contoh, Bagus jago dibidang olahraga, sementara Teguh jago dibidang matematika. Persepsi pada umumnya, anak yang berprestasi adalah yang jago dibidang matematika. Bahkan orangtua Bagus memaksa Bagus untuk menguasai matematika. Bagus merasa tersiksa dan mengalami kesusahan yang teramat berat untuk menjadi sama seperti Teguh yang jago matematika. Meskipun Teguh sangat jago dibidang matematika, tetapi ketika pelajaran olahraga, Teguh biasa saja dan tidak begitu menguasainya, bahkan membutuhkan usaha lebih yang membuat Teguh merasa tidak nyaman. Ketika orangtua Bagus sadar, dan mendukung Bagus untuk terus berlatih dibidang olahraga, Bagus semakin jago dan menjadi atlet tingkat daerah, nasional, bahkan internasional. Bagus memilih berkarier dibidang olahraga yang mengantarkannya menjadi sosok berbeda versinya yang sukses. Walaupun perjalanan yang dilaluinya tidaklah mudah, tetapi karena sesuai dengan karakternya maka akan terasa mudah dan terus tertantang untuk melaluinya dengan sebaik-baiknya.

Menjadi sosok yang berbeda seharusnya mudah, karena sesuai dengan fitrah. Jika kita menjadi sosok yang sama, maka akan lebih susah karena keluar dari fitrah. Menjadi sosok yang berbeda adalah dengan menemukan keunikan diri sendiri dan mengasahnya dengan baik sehingga potensi yang ada dalam diri dapat muncul dengan baik. Hal inilah yang bisa mendorong setiap individu untuk menjadi versi terbaik dirinya, sehingga sukses versi masing-masing tak harus bersaing, tetapi saling berkolaborasi untuk meluaskan manfaat. Tak ada perasaan insecure yang ada hanyalah ungkapan syukur. Bukankah dengan bersyukur maka akan Allah tambah berlipat-lipat kenikmatannya? Jika setiap individu bisa menjadi versi terbaik dari dirinya, maka akan lebih meluas kebermanfaatannya. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat? Bulan Ramadan hadir sebagai sarana untuk menjadikan setiap insan menjadi sosok yang berbeda meskipun dengan tujuan yang sama menjadi insan yang bertakwa. Bulan Ramadan menjadi ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Banyak suguhan amal shalih yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membaca al qur’an. Jika seseorang membaca al qur’an dengan gaya khasnya, tidak meniru bacaan orang lain, maka akan terlihat sosok pribadinya yang berbeda. Bacaan yang keluar atau terdengar merupakan hasil reaksi antara si pembaca dengan indahnya kata-kata dalam al qur’an, yang mungkin bisa lebih menggetarkan hati.

Memaksimalkan amal shalih di bulan Ramadan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Tidak harus menjadi sama seperti orang lain, tetapi harus menjadi sosok yang berbeda. Bukankah menjadi sosok yang berbeda itu jauh lebih mudah? Diantara kita mungkin ada yang dilebihkan rezekinya, sehingga bisa dengan mudahnya sedekah buka puasa untuk jalan beramal shalihnya. Namun bagi yang belum bisa sedekah buka puasa, tak perlu insecure, harus terus bersyukur dan perlu menjadi sosok yang berbeda. Menjadi sosok yang berbeda harus bisa membaca berbagai peluang yang ada. Buka puasa bersama banyak dilakukan di berbagai tempat, seperti di masjid. Banyak masjid-masjid yang mengadakan buka puasa dan terkadang menyisakan sampah. Mengambil bagian dalam pengelolaan sampah dengan memilahnya dan mengolahnya agar tidak mencemari lingkungan dan bisa merubahnya menjadi sesuatu yang lebih bernilai juga menjadi sarana beramal shalih. Bila belum bisa berkontribusi dengan harta, maka bisa dengan pikiran, jika belum bisa juga, bisa dengan tenaga. Namun kontribusi terbaik adalah jika dilakukan secara kaafah (menyeluruh), baik dengan harta, pikiran, tenaga, maupun jiwa. Tentunya semua itu harus dilakukan dengan ikhlas, semata-mata untuk meraih ridhaNya. Menjadi sosok yang berbeda dan saling berkolaborasi dapat meluaskan manfaat yang sangat luar biasa, sehingga bisa mencerminkan islam rahmat bagi semesta alam.

Menjadi sosok yang berbeda tidak bisa berdiri sendiri, membutuhkan suatu instansi sebagai sarana berkolaborasi agar sesuatu yang kecil dapat dihimpun menjadi hal yang besar dan lebih luas manfaatnya. Ibarat sebuah pohon. Akar, batang, dan daunnya tidak bisa berdiri sendiri, harus saling bersinergi, berkolaborasi menjadi satu kesatuan yang utuh, dan baru bisa disebut pohon. Pohon yang terawat dengan baik, akan tumbuh dan bisa menghasilkan buah yang manis. Begitu juga dalam melakukan berbagai kebaikan, membutuhkan suatu Lembaga yang bisa menghimpun sesuatu yang kecil menjadi hal besar yang lebih luas manfaatnya, sehingga terasa lebih manis buahnya. LMI (Lembaga Manajemen Infaq) merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat berskala Nasional yang sudah terpercaya dan amanah dalam menyalurkan banyak kebaikan dengan berbagai programnya. Terkhusus di bulan Ramadan ini, banyak program kebaikan yang bisa menjadi alternatif pilihan untuk menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan sebelumnya. Mulai dari program bekal puasa keluarga dhuafa, kado lebaran yatim dan dhuafa, sedekah al qur’an, tebar fidyah, zakat maal, dan tebar zakat fitrah. Sejatinya memberi sama dengan menerima, dengan memberi maka hati akan terasa bahagia. Berbagai menu program kebaikan Ramadan telah disuguhkan, tinggal pilih dan nikmatilah kelezatannya. Semoga bisa menjadi sarana untuk menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan sebelumnya, tentunya menjadi sosok yang lebih baik dan bisa mencapai derajat takwa.

Ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang patut menjadi renungan kita bersama yang artinya “Orang yang paling penyayang kepada umatku adalah Abu Bakar. Orang yang paling tegas dalam menegakkan urusan Allah adalah Umar. Orang yang paling memiliki rasa malu adalah Utsman. Orang yang paling pandai membaca al qur’an adalah Ubay bin Ka’ab. Orang yang paling ahli dalam ilmu faraidh adalah Zaid bin Tsabit. Orang yang paling alim dalam membedakan mana yang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal. Bukankah setiap umat itu pasti ada yang berjiwa pemimpin dan pemimpin umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah” (HR At Tirmidzi, An Nasa’I, Ath Thabrani, dan Al Baihaqi).

Selamat menjadi sosok yang berbeda. Semoga Allah mudahkan menjadi versi terbaik dirimu agar lebih meluas kebermanfaatannya.

Informasi lebih lanjut terkait LMI :

Website: lmizakat.id

Instagram: Instagram.com/lmizakat

Facebook: facebook.com/lmizakat.org



“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” yang diselenggarakan oleh Lembaga Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar