Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berkal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka”
(QS Ali Imran : 190-191)
Menjadi seorang
muslim apalagi saintis muslim merupakan komitmen yang memiliki konsekuensi yang
perlu diperjuangkan dan dilaksanakan dengan penuh keikhlasan. Tugasnya berat
menyatukan antara keilmuan dan keislaman, agar selamat di dunia dan akhirat. Di
zaman sekarang, dimana paham Sekularisme begitu mulai lekat dengan masyarakat
dengan sistem yang dirancang secara sistematis, terstuktur dan masif, dengan memisahkan
antara keilmuan dengan agama terutama keislaman. Menurut sudut pandang Islam, keilmuan dan
keislaman adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, ibarat dua mata koin
yang melekat tak dapat dipisahkan. Mengingat tugasnya yang begitu berat, tetapi
penuh dengan kemuliaan maka perlu selalu mendekat dan berdekatan dengan Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu agar bisa dikuatkan dalam menghadapi setiap
tantangan.
Konsep hirarki
ilmu dan adanya konsep fard ‘ayn dan fard kifayah disadari benar
oleh seorang saintis muslim. Ada skala prioritas dalam mempelajari ilmu, tidak
memperlakukannya sama rata, sehingga dalam mempelajari ilmu tidak akan
mengabaikan ilmu-ilmu fard ‘ayn demi mengejar ilmu fard kifayah.
Keadilan pada ilmu bukan mengabaikan yang satu karena yang lain, akan tetapi
memberikan sesuatu pada tempatnya yang layak. Sikap adil pada ilmu menjadikan seorang
saintis memiliki adab, setiap aktivitas keilmuannya tidak boleh menghalanginya
dalam melakukan ibadah dan ketaatan. Setiap aktivitas ilmiahnya merupakan salah
satu aspek dari ibadah secara keseluruhan, inilah hal yang sangat disadari oleh
seorang saintis muslim. Tujuan utamanya dalam mencari ilmu melalui kegiatan
sainsnya adalah untuk mengenal Sang Pencipta, mentaati dan beribadah kepadaNya.
Tugas sebagai saintis muslim merupakan suatu sarana dalam menjalankan tugas
utamanya sebagai khalifah untuk memberi manfaat di muka bumi. Inilah saintis
yang menjaga akhlak dan adabnya terhadap Sang Pencipta, manusia sekitarnya,
ilmunya, dan alam semesta, sehingga menyebarlah islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Sudah siapkah
kamu menjadi saintis muslim yang membawa misi untuk kembali membangkitkan
kejayaan islam menjadi peradaban yang gemilang?
Referensi :
Ishaq, Usep Muhammad. "Menjadi Saintis Muslim,
depok." (2014).
https://bdkpadang.kemenag.go.id/berita/ilmuwan-peradaban-islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar