Ahad, 2 ramadhan 1435 H
The
Second Adventure in Ramadhan
05.05 teng, aku meluncur dari desa yang
selalu menjadi kebanggaanku menuju stasiun. Banyak anak – anak dan muda – mudi
yang mengekor disepanjang jalan yang masih cukup redup dan dingin. Aku berkata
pada ibuku yang duduk memboncengku, “ibu, jadi inget waktu lala masih kecil,
dulu lala juga begitu” sambil kuakhiri dengan ketawa kecil.
Di jalan raya, aku sangat terkejut.
Kondisinya sama persis, rangkaian panjang deretan anak manusia
menyemarakaan jalan. Disela – sela dari
mereka, ada yang menambah gempar suasana dengan menyalakan petasan.
Astaghfirullah, aku melintasi mereka dengan rasa was – was dan ngeri. Ya allah,
jujur... aku mangkel. Bisa – bisanya mereka berbuat seperti itu. Petasan
dilempar ketengah jalan. Aku yang mengendarai motor gimana? Bukankah itu
mengganggu kenyamanan berkendara? Itulah
kejadian yang sangat disayangkan. Yang tidak mengenakkan lagi, maraknya petasan
itu terjadi di bulan yang suci ini.
Aku berusaha mengikhlaskan diri, inilah
kenyataan di masyarakat. Aku jadi teringat kata – kata ustadzku waktu aku
sekolah di diniah. “nek nabuh mercon, kupinge orasah ditutupi. Eman – eman wis
tuku, dirungukna sing temen”. Pak ustdz sambil memeragakannya dengan lucu. Pada
saat itu aku terpesona dengan kata – kata ustadz. Bisa – bisanya ustadz
merangkai kata – kata seperti itu. Akupun ketawa geli. Baru ku sadari sekarang,
ternyata kata – kata itu bermakna dalam. Sebenarnya nasehat itu ditujukan pada
para ikhwan yang sering jail nglemparin petasan sama si akhwat. (hayo temen –
temen yang ngrasa pernah denger nasihat itu waktu diniah siapa? Ngacung?)
Terlepas dari kenangan nostalgiaku,
bayangan di kepalaku mengarah ke lemari dikamar. Ada dua hp berjajar disana.
“astaghfirullah ibu, hp lala ketinggalan dikamar”. Ibu dengan cepatnya
menyambar “lah kan ibu udah ngingetin. La, dicek lagi mbok ada yang
ketinggalan. Lala malah tenang – tenang aja. Apa mau diambil? Nanti lala naik
bis aja”. Itu jawaban ibuku singkat. Aku
hanya bisa nyengir. “nda usah diambil lah bu”. Daripada aku melihat ibu panik,
aku putusin untuk mengikhlaskannya untuk istirahat di rumah. Mungkin dia lelah
menemani hariku. Hehe...... Padahal aku juga males mbalik lagi, belum udah beli
tiket kereta. Mubazirkan nek nda jadi naik kereta. All is well... mungkin ini
cara Allah untuk membuatku lebih memperdekatkan diri kepadaNya. Lebih khusyu
menghambakan diri kepadaNya. Mungkin ini saatnya mengganti hp dengan al qur’an.
Hp yang selalu terselip dikantong kemana saja aku pergi tak pernah terlupakan,
yang setiap saat aku buka dimana saja dan kapan saja. Berkebalikan dengan al
qur’an yang selalu kutinggal ketika aku bepergian. Aku asyik dengan
perjalananku tanpa al qur’an disampingku. Innalillah, bener – bener aku ini.
Ngeselin banget. That is me, but i will be better from this time. Ok lala? You
can do it!
Yang luar biasa di pagi ini, aku diantar
oleh 3 orang perempuan yang luar biasa. Perempuan pertama ibuku tersayang, ibu
kawanku, dan bu guru SMA yang tiba –
tiba datang. Katanya lagi jalan – jalan di deket stasiun. Subhanallah, alangkah
indahnya kepergianku diiring oleh 3 wanita luar biasa. Aku yakin, dalam hati
mereka mendoakan keselamatan dan kesuksesanku. Ya allah, aku yakin Engkau lebih
paham dariku. Semoga doa – doa orang terkasihku Engkau kabulkan. Semoga mereka
Engkau limpahkan kesehatan, umur panjang yang berkah, dan rezeki yang
berlimpah. Aamiin. NikmatKu yang manakah yang kau dustakan?
Kereta meluncur tepat 06.55 WIB. Didalam
kereta yang melaju, aku melewati deretan wanita yang kucinta. Tampak disana
senyum manis yang begitu lembut menyambutku sekaligus melepas kepergianku.
Kereta berjalan perlahan – lahan semakin cepat. Aku memandang keluar jendela,
tampak alam yang indah masih diselimuti kegelapan sisa – sisa malam. Secara
perlahan dengan lamban berkebalikan dengan laju kereta tersingkap rahasia alam
yang menakjubkan dengan mulai menyingsingnya matahari dengan pancaran cahayanya
yang terang gemilang. Aku terus memandang dengan rasa takjub. Pancaran
hangatpun mulai aku rasakan, mataku mulai dimanjakan dengan panorama yang maha
luar biasa. Deretan pegunungan mulai
tersingkap dari kegelapan. Ada keindahan yang terselip diantara degradasi warna
yang terpancar dari cahaya yang menyilaukan diantara bentangan alam yang akupun
tak tau berapa luasnya. Sungguh, aku sering melihat pemandangan yang sama
ketika aku kembali ke semarang. Namun rasanya berbeda bila kita mentadaburi
kuasa Allah yang maha indahnya. Ingin kuceritakan persaanku ini, ingin ku
berbagi. Namun aku tak sanggup berkata – kata. Jujur, jika kuluapkan perasaanku
ini dengan tulisan, tak sanggup aku menulisnya. Aku merasa kecil, lemah, tak
berdaya, dan tak ada apa – apanya. Ya Allah, aku labuhkan segala urusanku,
hidup dan matiku hanya kepadaMu... bimbinglah aku.
Aku menerawang jauh mengiringi pergeseran
matahari yang memancarkan warna keorenan menerobos kegelapan. Perlahan tapi
pasti, alam menjadi semakin terang. Pemandangan yang tak terlihat seketika
tersingkap keindahannya. Aku membatin di hati. Ya Allah, mimpiku ada disana.
Aku sambil menunjuk ke matahari. Hai matahari, akankah aku menjadi sepertimu?
Sungguh, aku ingin menjadi sepertimu. Kau sanggup menyingkap kegelapan, kau
sanggup menghangatkan, kau sanggup menyingkap tirai kekelaman dengan cahaya
silaumu menampakkan keindahan yang menakjubkan. Ya Allah, Tuhan semesta alam,
Tuhan yang maha Luas, Tuhan yang maha Raja,
aku titipkan kesuksesanku kepadaMu, aku titipkan mimpiku kepadaMu, aku
titipkan hidup dan matiku hanya kepadaMu.......
hanya Kau yang kuyakini di dalam hati dan Kau tak mungkin mendustai.
Terkadang perjalananku adalah wisataku,
inspirasiku sekaligus motivasiku. Semoga perjalanan ini menjadi langkah
kesuksesanku. Semoga besok aku dapat mengerjakan soal – soal ujian semester
dengan sebaik – baiknya, lancar dan sukses. Semoga aku dapat membanggakan ibu,
abah, dan keluargaku. Aamiin. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Kata pak Ary
Ginanjar “ihsan”. Beribadahlah bagaikan dilihat oleh Allah. Apalagi ini bulan
penuh berkah, minggu pertama bulan suci yang penuh dengan rahmat.
Alhamdulilah, dibulan berkah ini aku bisa
mulai menggoreskan tinta yang sudah lama aku niatkan. Semoga dapat berlanjut
terus. Aamiin....
Minggu, 29 Juni 2014
Nur Amala
Ditulis di kereta
otw semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar