Minggu, 06 Juli 2014

The Second Adventure in Ramadhan



Ahad, 2 ramadhan 1435 H

The Second Adventure in Ramadhan

05.05 teng, aku meluncur dari desa yang selalu menjadi kebanggaanku menuju stasiun. Banyak anak – anak dan muda – mudi yang mengekor disepanjang jalan yang masih cukup redup dan dingin. Aku berkata pada ibuku yang duduk memboncengku, “ibu, jadi inget waktu lala masih kecil, dulu lala juga begitu” sambil kuakhiri dengan ketawa kecil.

Di jalan raya, aku sangat terkejut. Kondisinya sama persis, rangkaian panjang deretan anak manusia menyemarakaan  jalan. Disela – sela dari mereka, ada yang menambah gempar suasana dengan menyalakan petasan. Astaghfirullah, aku melintasi mereka dengan rasa was – was dan ngeri. Ya allah, jujur... aku mangkel. Bisa – bisanya mereka berbuat seperti itu. Petasan dilempar ketengah jalan. Aku yang mengendarai motor gimana? Bukankah itu mengganggu  kenyamanan berkendara? Itulah kejadian yang sangat disayangkan. Yang tidak mengenakkan lagi, maraknya petasan itu terjadi di bulan yang suci ini. 

Aku berusaha mengikhlaskan diri, inilah kenyataan di masyarakat. Aku jadi teringat kata – kata ustadzku waktu aku sekolah di diniah. “nek nabuh mercon, kupinge orasah ditutupi. Eman – eman wis tuku, dirungukna sing temen”. Pak ustdz sambil memeragakannya dengan lucu. Pada saat itu aku terpesona dengan kata – kata ustadz. Bisa – bisanya ustadz merangkai kata – kata seperti itu. Akupun ketawa geli. Baru ku sadari sekarang, ternyata kata – kata itu bermakna dalam. Sebenarnya nasehat itu ditujukan pada para ikhwan yang sering jail nglemparin petasan sama si akhwat. (hayo temen – temen yang ngrasa pernah denger nasihat itu waktu diniah siapa? Ngacung?)

Terlepas dari kenangan nostalgiaku, bayangan di kepalaku mengarah ke lemari dikamar. Ada dua hp berjajar disana. “astaghfirullah ibu, hp lala ketinggalan dikamar”. Ibu dengan cepatnya menyambar “lah kan ibu udah ngingetin. La, dicek lagi mbok ada yang ketinggalan. Lala malah tenang – tenang aja. Apa mau diambil? Nanti lala naik bis aja”.  Itu jawaban ibuku singkat. Aku hanya bisa nyengir. “nda usah diambil lah bu”. Daripada aku melihat ibu panik, aku putusin untuk mengikhlaskannya untuk istirahat di rumah. Mungkin dia lelah menemani hariku. Hehe...... Padahal aku juga males mbalik lagi, belum udah beli tiket kereta. Mubazirkan nek nda jadi naik kereta. All is well... mungkin ini cara Allah untuk membuatku lebih memperdekatkan diri kepadaNya. Lebih khusyu menghambakan diri kepadaNya. Mungkin ini saatnya mengganti hp dengan al qur’an. Hp yang selalu terselip dikantong kemana saja aku pergi tak pernah terlupakan, yang setiap saat aku buka dimana saja dan kapan saja. Berkebalikan dengan al qur’an yang selalu kutinggal ketika aku bepergian. Aku asyik dengan perjalananku tanpa al qur’an disampingku. Innalillah, bener – bener aku ini. Ngeselin banget. That is me, but i will be better from this time. Ok lala? You can do it!

Yang luar biasa di pagi ini, aku diantar oleh 3 orang perempuan yang luar biasa. Perempuan pertama ibuku tersayang, ibu kawanku, dan bu guru  SMA yang tiba – tiba datang. Katanya lagi jalan – jalan di deket stasiun. Subhanallah, alangkah indahnya kepergianku diiring oleh 3 wanita luar biasa. Aku yakin, dalam hati mereka mendoakan keselamatan dan kesuksesanku. Ya allah, aku yakin Engkau lebih paham dariku. Semoga doa – doa orang terkasihku Engkau kabulkan. Semoga mereka Engkau limpahkan kesehatan, umur panjang yang berkah, dan rezeki yang berlimpah. Aamiin. NikmatKu yang manakah yang kau dustakan?

Kereta meluncur tepat 06.55 WIB. Didalam kereta yang melaju, aku melewati deretan wanita yang kucinta. Tampak disana senyum manis yang begitu lembut menyambutku sekaligus melepas kepergianku. Kereta berjalan perlahan – lahan semakin cepat. Aku memandang keluar jendela, tampak alam yang indah masih diselimuti kegelapan sisa – sisa malam. Secara perlahan dengan lamban berkebalikan dengan laju kereta tersingkap rahasia alam yang menakjubkan dengan mulai menyingsingnya matahari dengan pancaran cahayanya yang terang gemilang. Aku terus memandang dengan rasa takjub. Pancaran hangatpun mulai aku rasakan, mataku mulai dimanjakan dengan panorama yang maha luar biasa.  Deretan pegunungan mulai tersingkap dari kegelapan. Ada keindahan yang terselip diantara degradasi warna yang terpancar dari cahaya yang menyilaukan diantara bentangan alam yang akupun tak tau berapa luasnya. Sungguh, aku sering melihat pemandangan yang sama ketika aku kembali ke semarang. Namun rasanya berbeda bila kita mentadaburi kuasa Allah yang maha indahnya. Ingin kuceritakan persaanku ini, ingin ku berbagi. Namun aku tak sanggup berkata – kata. Jujur, jika kuluapkan perasaanku ini dengan tulisan, tak sanggup aku menulisnya. Aku merasa kecil, lemah, tak berdaya, dan tak ada apa – apanya. Ya Allah, aku labuhkan segala urusanku, hidup dan matiku hanya kepadaMu... bimbinglah aku.

Aku menerawang jauh mengiringi pergeseran matahari yang memancarkan warna keorenan menerobos kegelapan. Perlahan tapi pasti, alam menjadi semakin terang. Pemandangan yang tak terlihat seketika tersingkap keindahannya. Aku membatin di hati. Ya Allah, mimpiku ada disana. Aku sambil menunjuk ke matahari. Hai matahari, akankah aku menjadi sepertimu? Sungguh, aku ingin menjadi sepertimu. Kau sanggup menyingkap kegelapan, kau sanggup menghangatkan, kau sanggup menyingkap tirai kekelaman dengan cahaya silaumu menampakkan keindahan yang menakjubkan. Ya Allah, Tuhan semesta alam, Tuhan yang maha Luas, Tuhan yang maha Raja,  aku titipkan kesuksesanku kepadaMu, aku titipkan mimpiku kepadaMu, aku titipkan hidup dan matiku hanya kepadaMu.......  hanya Kau yang kuyakini di dalam hati dan Kau tak mungkin mendustai.

Terkadang perjalananku adalah wisataku, inspirasiku sekaligus motivasiku. Semoga perjalanan ini menjadi langkah kesuksesanku. Semoga besok aku dapat mengerjakan soal – soal ujian semester dengan sebaik – baiknya, lancar dan sukses. Semoga aku dapat membanggakan ibu, abah, dan keluargaku. Aamiin. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Kata pak Ary Ginanjar “ihsan”. Beribadahlah bagaikan dilihat oleh Allah. Apalagi ini bulan penuh berkah, minggu pertama bulan suci yang penuh dengan rahmat.

Alhamdulilah, dibulan berkah ini aku bisa mulai menggoreskan tinta yang sudah lama aku niatkan. Semoga dapat berlanjut terus. Aamiin....


Minggu, 29 Juni 2014

Nur Amala


Ditulis di kereta otw semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar