Minggu, 06 Juli 2014

Dilema

Kamis, 6 ramadhan 1435 H

Dilema

Setiap perubahan terbaik dimuali dari diri sendiri, atas kemauan sendiri dan dengan niatan yang suci. Banyak kejadian yang membutku serasa dilema. Kejadian malam ini mengingatkanku pada apa yang aku alami dahulu. Saat aku dan ibu sholat id, aku merasa kesal banget. Ada sekelompok orang mengobrol dengan asyiknya. Padahal khottib sedang berkhotbah. Gimana mau masuk coba pencerahannaya?Aku sempet mau menegurnya, tetapi keduluan ibu yang menegurku suruh jangan ngomong saat khottib berkhutbah. Kata ibu, “kalo ada yang sedang berceramah ngga boleh berisik ngobrol sendiri, meski kita mau ngingetin, juga termasuk brisik”. Akhirnya aku diem aja, sambil sesekali berdehem keras sebagai komunikasi non verbalku berharap orang yang mengobrol menangkap pesanku dan menghentikan aktivitasnya dengan belajar mendengarkan. Hehe.... habis ngga boleh ngomong. Keep silent please....

Malam ini, selepas sholat tarawih saat pencerahan kuliah tujuh menit mungkin ibaratnya. Suara sang pembicara bersautan bahkan berbalapan dengan suara obrolan. Semakin lama semakin keras. Aku hanya bisa tersenyum. Seandainya aku yang ada di depan menyampaikan materi dan kondisinya seperti ini mungkin ingin rasanya aku berteriak geram. Untunglah, bukan aku yang menyampaikan materi. Sungguh aku tak bisa mencerna isi materinya. Suaranya yang kudengar rancu. Dominan dengan suara dengungan berisik. Rasanya aku dilema antara ingin mengingatkan atau tidak. Terus apa yang harus aku lakukan? Apakah ada yang memiliki solusi? Tapi aku sempat berpikir, jika mereka datang ke tempat suci ini untuk beribadah, pasti mereka sudah tau apa yang akan dilakukan di rumah Allah ini dan tau adhab yang harus dilaksanakan.

Semuanya serasa terputar kembali dalam otakku. Waktu aku kecil, setiap kali sholat tarawih selalu bercanda dengan temanku. Tarik – tarikan mukena, pindah – pindah tempat. Mungkin sholat tarawih hanya sebagai tameng agar bisa mainan bersama teman. Tak ada hari tanpa dimarahi. Untung ada embah – embah yang doyan marahin aku dan temenku. Meski dulu kesel sama embah – embahnya bahkan takut juga. Tapi sekarang rasanya kangen dan aku ingin berterimakasih sama beliau. Secara tidak langsung beliau telah mendidik dan mengajariku bagaimana berperilaku ketika di rumah Allah. Itu kejadiannya di mushola desaku. Sekarang yang aku alamai di masjid perkotaan yang mungkin sebagian besar pendatang. Tak ada seorang pun yang mengingatkan seperti embah – embah di desaku sebagai sesepuh. Tapi itulah kenyataannya. Yang penting aku berusaha memperbaiki diriku sendiri. Semoga allah selalu membimbing kita khususnya kaum muslimin untuk istiqomah dalam beribadah dengan khusyuk. Aamiin...

Cerminan ibadah adalah perilaku kita. Aku pernah denger katanya jika kita ingin melihat kualitas ibadah kita, maka lihatlah perilaku kita. Jika perilaku kita masih jelek, berarti ibadah kita masih jelek atau belum khusyuk..... mari kita bersama perbaiki kekhusyukan dalam beribadah..... semoga Allah selalu meridhoi niatan baik kita, merahmati langkah kaki kita dan memberkahi hidup kita. Aamiin....

Kamis, 3 Juli 2014

Nur Amala

Lezatnya Ibadah

Rabu, 5 ramadhan 1435 H

Lezatnya Ibadah

Lezatnya makanan pasti sudah pada tau bagaimana. Apalagi yang kuliah di jurusan gizi poltekkes kemenkes semarang. Semester satu ngrasain bagaimana lezatnya makanan indonesia dari sabang sampai meraoke. Semester dua alhamdulilah tau kelezatan masakan kontinental dari asia sampai eropa.... Meski belum pernah berkeliling dunia, tapi lumayan udah pernah nyobain makanannya.

Kelezatan makanan bisa membuat aku ketagihan bahkan bila berlebihan akan menimbulkan obesitas. Kalo udah obesitas? Wah, beragam penyakit mengantri didepan. Ngeri banget yah? Penyakit yang rela ngantri seperti penyakit kardiovaskuler meliputi hipertensi, penyakit jantung koroner. Selain itu penyakit diabetes melitus juga ngga kalah ngebetnya pengen ngantri. Loh, kok jadi curhat masalah obes yah? Owh iyaa, pasti efek patologi tadi siang. Untuk menghindarinya, aku harus rela menahan diri untuk membatasinya meskipun kelezatannya tiada duanya.

Kalo kelezatan ibadah gimana ya? Ibadah kan nda dimakan? Mana bisa ngrasain kelezatannya. Setelah aku rasakan, kelezatan ibadah itu melebihi kelezatan makanan yang paling lezat sekalipun. Pengalaman ini berawal dari kenikmatan yang aku rasakan dalam menjalankan ibadah puasa yang alhamdulilah dapat aku laksanakan. Puasa kali ini aku rasakan jauh berbeda dari bulan – bulan sebelumnya. Aku merasa sayang jika aku melewatkan meski sekejap saja. Aku berusaha untuk menikmati detik demi detik pergantian waktu. Ingin rasanya jangan cepat berlalu. Berbeda dari yang dulu, aku selalu menanti waktunya berbuka. Baru puasa pengen segera lebaran. Bukan yang dinanti bulan puasanya, tapi lebarannya. Apalagi kalo dapat pecingan dari om, tante, bude, pade, mas, dan mba.... wah asyik banget. 

Tapi sekarang berbeda dengan apa yang aku rasakan. Ingin rasanya setiap bulan itu jadi bulan ramadhan. Alangkah indahnya, setiap kali suara adzan berkumandang dengan berbondong – bondong hamba Allah memenuhi seruanNya. Mushola, masjid penuh sesak, lantunan ayat – ayat suci al qur’an hampir terdengar setiap saat. Sungguh mendamaikan dan menentramkan hati yang menikmatinya.

Sekarang, aku merasa takut jika aku tak dapat menjumpai bulan ramadhan yang sangat istimewa ini. Aku beranggapan seandainya ini ramdhan terakhirku bagaimana? Jujur aku takut. Tetapi, dengan begitu aku termotivasi untuk mengisi setiap waktu di bulan ramadhan ini dengan sebaik – baiknya. Aku berusaha untuk melakukan yang terbaik yang aku bisa. Disitulah aku merasakan kelezatan beribadah. Aku merasa ketagihan. Ingin rasaNya selalu dekat denganNya. Mungkin yang melihat perilakuku sekarang cukup mengherankan. Aku mendadak rajin di bulan yang suci ini. Tak apalah, ini adalah bulan latihan. Jadi aku gunakan untuk berlatih dari hal – hal yang kecil. Semoga aku bisa istiqomah dalam menjalankannya. Aamiin...

Lah yang paling penting disini adalah kelezatan ibadah lebih lezat dari makanan, tapi makanan lezat juga perlu. Jika aku diasup dengan makanan lezat yang gizinya seimbang, maka aku bisa menghasilkan energi untuk bekal ibadah plus menikmati kelezatannya. Dan yang paling istimewa, ketagihan akibat kelezatan ibadah ga ada batasannya, ga bahal nyebabin obes. So, dont worry be happy.... selamat menjalankan ibadah puasa.... Semoga kita semua diberi kesempatan untuk merasakan kelezatan ibadah, keberkahan dan rahmatNya... aamiin

Rabu, 2 Juli 2014

Nur Amala

Berbuka Bersama



Selasa, 4 ramadhan 1435 H

Berbuka Bersama

Tak terasa sudah menginjak hari ke – 4 ramadhan. Selepas sholat isya dan tarawih, aku sempatkan menulis kisahku dihari ini sebelum bergelut dengan handout patologi dan pangan. Semoga Allah selalu merahmati.....

Segala puji bagiMu Ya Allah, Tuhan semesta alam. Alhamdulillah hari ini aku dapat berpuasa dengan baik. Dan yang lebih mengesankan dapat buka bersama bareng mamas dan mba. Kapan lagi ada kesempatan ini jika Allah tidak mengaturnya dengan sempurna.

Sungguh, nikmatKu yang mana yang kau dustakan? Sebelum berbuka aku, mamas dan mba berjalan menyusuri jalan wolter monginsidi mencari tempat makan. Tak lama, ketemu juga tempatnya. Disela – sela perjalanan aku bisa bercerita banyak dan saling bertukar pikiran. Aku juga mencuri – curi pandang melihat matahari yang malu dan mulai bersembunyi di ufuk barat. Warnanya oren bulat, indah rasanya. Sungguh sempurna ciptaanNya. 

Saat menyantap hidangan buka puasa, aku, mamas dan mba masing saling bercerita. Rasanya aku mendapat pasokan energi baru. Semangatku yang mulai luntur kembali berkobar. Dalam perjalanan menuju masjid untuk mendirikan sholat maghrib, mamas bercerit, katanya  kalo pengen punya rumah di surga harus rajin sholat fajar. Waktunya setelah imsak sebelum adzan subuh. Tak ketinggalan sholat sunah rawatib, 2 rakaat sebelum subuh, 2 rakaat salam 2 rakaat salam sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah dzuhur, 2 rakaat sebelum ashar, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya. Wah, aku harus investasi dari sekarang biar punya rumah di surga. Perlu dicoba... Terimakasih atas silaturrahminya. Semoga Allah melimpahkan rahmat, rezeki dan berkahNya.... aamiin.....


Selasa, 1 Juli  2014

Nur Amala

Hari ke-3 Rammadhan



Senin, 3 ramadhan 1435 H

Hari ke-3 Rammadhan

Sebelum tidur, aku sempatkan membaca al qur’an. Ternyata asyik juga. Aku bayangkan hanya ada aku yang membaca al qur’an dan disimak oleh malaikat jibril. Bener – bener aku merasa terlarut didalamnya. Sampai aku bangun tidur badanku terasa fresh banget. Aku juga mimpi indah, mimpi yang belum pernah aku mimpikan. Dalam mimpi aku merasa nyaman dan bahagia. Mungkin ini efek dari melantunkan ayat – ayat suci sebelum tidur, hingga pikiran tenang dan hati tentram hingga tidurpun terassa nyaman. 

Semua yang aku alami tak terlepas dari apa yang dikatakan pak ustadz di tv, katanya : “membaca al qur’an dibulan ramadhan ada teniknya loh, biar bisa khatam”. Syukur – syukur paham artinya juga. Biar aku njalaninya ringan, diusahakan aku membaca 2 lembar tiap selesai sholat fardhu yang lima waktu. Kira – kira 20 menitan waktu yang dibutuhkan. Singkat kan?

Sebenarnya waktu yang dianjurkan itu malam hari, karena suasananya syahdu. Ketika Rasullulloh menerima wahyu, Rasululloh mengulangi bacaannya dimalam hari dan disimak oleh malaikat jibril. Masih kata pak ustadz, sebaiknya kalau membaca al qur’an atau tadarusan ada yang menyimak jangan membaca sendiri – sendiri asal cepet khatam. Bukankah saling menyimak bergantian lebih mengasyikkan? Bisa berlatih sabar untuk menunggu giliran, bisa belajar mengoreksi, bisa belajar menerima masukkan. Wah, banyak banget yang dipelajari. Dan yang ngga kalah kerennya, bisa mengetahui cetakan al qur’an bener apa ngga. Soalnya aku pernah juga ngaji tadarusan, pas disimak sama temen, ternyata cetakan al qur’anku salah. Lah, ini bisa jadi bahan koreksi...

Di sisi lain, aku bersyukur. Alhamdulillah, hari ini aku bisa mengerjakan soal ujian, semoga hasilnya memuaskan. Semuanya sudah aku usahakan tinggal kuserahkan pada Allah, biar dengan pertolonganNya semuanya jadi sempurna. Aamiin.....

Enak banget yah hidupku, apa – apa diserahkan pada Allah, kesulitanku, kegundahanku. Apa – apa yang aku tak sanggup semuanya dilimpahkan kepadaNya yang maha melimpahkan solusi, rezeki dan inspirasi. Tapi jujur, dengan begitu hatiku merasa tenang, nyaman, damai, dan bahagia. Rasanya tak ada beban yang mengganjal. 

Misi yang harus aku jalani dari sekarang adalah terus mempertahankan 2 lembar setiap selesai sholat fardhu. Syukur sekalian mbaca terjemahannya biar dapat pencerahan dan hikmahnya....

Terimakasih ya Allah untuk hari ini, hari yang penuh rahmat. Semoga langkahku selalu Engkau iringi dengan kasih sayangMu. aamiin


Senin, 30 Juni 2014

Nur Amala

The Second Adventure in Ramadhan



Ahad, 2 ramadhan 1435 H

The Second Adventure in Ramadhan

05.05 teng, aku meluncur dari desa yang selalu menjadi kebanggaanku menuju stasiun. Banyak anak – anak dan muda – mudi yang mengekor disepanjang jalan yang masih cukup redup dan dingin. Aku berkata pada ibuku yang duduk memboncengku, “ibu, jadi inget waktu lala masih kecil, dulu lala juga begitu” sambil kuakhiri dengan ketawa kecil.

Di jalan raya, aku sangat terkejut. Kondisinya sama persis, rangkaian panjang deretan anak manusia menyemarakaan  jalan. Disela – sela dari mereka, ada yang menambah gempar suasana dengan menyalakan petasan. Astaghfirullah, aku melintasi mereka dengan rasa was – was dan ngeri. Ya allah, jujur... aku mangkel. Bisa – bisanya mereka berbuat seperti itu. Petasan dilempar ketengah jalan. Aku yang mengendarai motor gimana? Bukankah itu mengganggu  kenyamanan berkendara? Itulah kejadian yang sangat disayangkan. Yang tidak mengenakkan lagi, maraknya petasan itu terjadi di bulan yang suci ini. 

Aku berusaha mengikhlaskan diri, inilah kenyataan di masyarakat. Aku jadi teringat kata – kata ustadzku waktu aku sekolah di diniah. “nek nabuh mercon, kupinge orasah ditutupi. Eman – eman wis tuku, dirungukna sing temen”. Pak ustdz sambil memeragakannya dengan lucu. Pada saat itu aku terpesona dengan kata – kata ustadz. Bisa – bisanya ustadz merangkai kata – kata seperti itu. Akupun ketawa geli. Baru ku sadari sekarang, ternyata kata – kata itu bermakna dalam. Sebenarnya nasehat itu ditujukan pada para ikhwan yang sering jail nglemparin petasan sama si akhwat. (hayo temen – temen yang ngrasa pernah denger nasihat itu waktu diniah siapa? Ngacung?)

Terlepas dari kenangan nostalgiaku, bayangan di kepalaku mengarah ke lemari dikamar. Ada dua hp berjajar disana. “astaghfirullah ibu, hp lala ketinggalan dikamar”. Ibu dengan cepatnya menyambar “lah kan ibu udah ngingetin. La, dicek lagi mbok ada yang ketinggalan. Lala malah tenang – tenang aja. Apa mau diambil? Nanti lala naik bis aja”.  Itu jawaban ibuku singkat. Aku hanya bisa nyengir. “nda usah diambil lah bu”. Daripada aku melihat ibu panik, aku putusin untuk mengikhlaskannya untuk istirahat di rumah. Mungkin dia lelah menemani hariku. Hehe...... Padahal aku juga males mbalik lagi, belum udah beli tiket kereta. Mubazirkan nek nda jadi naik kereta. All is well... mungkin ini cara Allah untuk membuatku lebih memperdekatkan diri kepadaNya. Lebih khusyu menghambakan diri kepadaNya. Mungkin ini saatnya mengganti hp dengan al qur’an. Hp yang selalu terselip dikantong kemana saja aku pergi tak pernah terlupakan, yang setiap saat aku buka dimana saja dan kapan saja. Berkebalikan dengan al qur’an yang selalu kutinggal ketika aku bepergian. Aku asyik dengan perjalananku tanpa al qur’an disampingku. Innalillah, bener – bener aku ini. Ngeselin banget. That is me, but i will be better from this time. Ok lala? You can do it!

Yang luar biasa di pagi ini, aku diantar oleh 3 orang perempuan yang luar biasa. Perempuan pertama ibuku tersayang, ibu kawanku, dan bu guru  SMA yang tiba – tiba datang. Katanya lagi jalan – jalan di deket stasiun. Subhanallah, alangkah indahnya kepergianku diiring oleh 3 wanita luar biasa. Aku yakin, dalam hati mereka mendoakan keselamatan dan kesuksesanku. Ya allah, aku yakin Engkau lebih paham dariku. Semoga doa – doa orang terkasihku Engkau kabulkan. Semoga mereka Engkau limpahkan kesehatan, umur panjang yang berkah, dan rezeki yang berlimpah. Aamiin. NikmatKu yang manakah yang kau dustakan?

Kereta meluncur tepat 06.55 WIB. Didalam kereta yang melaju, aku melewati deretan wanita yang kucinta. Tampak disana senyum manis yang begitu lembut menyambutku sekaligus melepas kepergianku. Kereta berjalan perlahan – lahan semakin cepat. Aku memandang keluar jendela, tampak alam yang indah masih diselimuti kegelapan sisa – sisa malam. Secara perlahan dengan lamban berkebalikan dengan laju kereta tersingkap rahasia alam yang menakjubkan dengan mulai menyingsingnya matahari dengan pancaran cahayanya yang terang gemilang. Aku terus memandang dengan rasa takjub. Pancaran hangatpun mulai aku rasakan, mataku mulai dimanjakan dengan panorama yang maha luar biasa.  Deretan pegunungan mulai tersingkap dari kegelapan. Ada keindahan yang terselip diantara degradasi warna yang terpancar dari cahaya yang menyilaukan diantara bentangan alam yang akupun tak tau berapa luasnya. Sungguh, aku sering melihat pemandangan yang sama ketika aku kembali ke semarang. Namun rasanya berbeda bila kita mentadaburi kuasa Allah yang maha indahnya. Ingin kuceritakan persaanku ini, ingin ku berbagi. Namun aku tak sanggup berkata – kata. Jujur, jika kuluapkan perasaanku ini dengan tulisan, tak sanggup aku menulisnya. Aku merasa kecil, lemah, tak berdaya, dan tak ada apa – apanya. Ya Allah, aku labuhkan segala urusanku, hidup dan matiku hanya kepadaMu... bimbinglah aku.

Aku menerawang jauh mengiringi pergeseran matahari yang memancarkan warna keorenan menerobos kegelapan. Perlahan tapi pasti, alam menjadi semakin terang. Pemandangan yang tak terlihat seketika tersingkap keindahannya. Aku membatin di hati. Ya Allah, mimpiku ada disana. Aku sambil menunjuk ke matahari. Hai matahari, akankah aku menjadi sepertimu? Sungguh, aku ingin menjadi sepertimu. Kau sanggup menyingkap kegelapan, kau sanggup menghangatkan, kau sanggup menyingkap tirai kekelaman dengan cahaya silaumu menampakkan keindahan yang menakjubkan. Ya Allah, Tuhan semesta alam, Tuhan yang maha Luas, Tuhan yang maha Raja,  aku titipkan kesuksesanku kepadaMu, aku titipkan mimpiku kepadaMu, aku titipkan hidup dan matiku hanya kepadaMu.......  hanya Kau yang kuyakini di dalam hati dan Kau tak mungkin mendustai.

Terkadang perjalananku adalah wisataku, inspirasiku sekaligus motivasiku. Semoga perjalanan ini menjadi langkah kesuksesanku. Semoga besok aku dapat mengerjakan soal – soal ujian semester dengan sebaik – baiknya, lancar dan sukses. Semoga aku dapat membanggakan ibu, abah, dan keluargaku. Aamiin. Aku akan berusaha sebaik mungkin. Kata pak Ary Ginanjar “ihsan”. Beribadahlah bagaikan dilihat oleh Allah. Apalagi ini bulan penuh berkah, minggu pertama bulan suci yang penuh dengan rahmat.

Alhamdulilah, dibulan berkah ini aku bisa mulai menggoreskan tinta yang sudah lama aku niatkan. Semoga dapat berlanjut terus. Aamiin....


Minggu, 29 Juni 2014

Nur Amala


Ditulis di kereta otw semarang

Marhaban Ya Ramadhan



Sabtu, 1 ramadhan 1435 H

Marhaban Ya Ramadhan

Alhamdulillah, bulan yang dinanti – nanti akhirnya tiba juga. Bertepatan aku dirumah bersama ibu dan abah. Aku merasakan jadi anak tunggal nga ada mamas dan ade. Merdeka!!! Hehe.... Ini adalah bulan tarbiyah, bulan untuk menimba ilmu, bulan untuk mensucikan diri, juga bulan untuk menjalankan visi dan misi demi meraih kemuliaan malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Wah, keren plus mantap kan? Siapa yang mau bekerjasama mewujudkan visi misinya?

Berkat kehendakNya sebelum tibanya bulan nan suci ini, aku mendapat pengetahuan baru mengenai bulan ramadhan. Ternyata bulan ramadhan itu perlu disambut. Tau ngga caranya? Bulan ramadhan disambut dengan merancang apa yang akan diakukan, agar aku menjalani bulan ramadhan dengan mantap tak ada waktu yang terlewatkan dengan sia – sia. Semuanya telah terprogramkan. Kaya robot ajah. Hehe... tapi yang paling penting adalah realisasinya. Rencana boleh mantap asal realisasinya juga top. That’s right...

Satu malam yang istimewa di bulan ramadhan adalah malam lailatul qodar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Rahasia untuk meraih malam lailatul qodar harus dilakukan sejak hari pertama ramadhan. Bukan berbondong – bondong di 10 hari terakhir ramadhan. Kata pak Djoko, ibarat orang yang pengen sukses ujian masa mau ikut ujian di hari – hari akhir ujian saja. Ya nda mugkin lulus. Nilai ujian di hari awalnya kosong. 

Bulan ramadhan dibagi menjadi 3 bagian. 10 hari pertama penuh dengan rahmat, 10 hari kedua penuh dengan ampunan dan 10 hari terakhir dibebaskan dari api neraka. Biasanya di 10 hari pertama masjid penuh sesak, karena Allah melimpahkan rahmatnya. 10 hari ke dua mulai berkurang keramaiannya, karena yang meminta ampunan hanyalah sebagian orang, dan yang mendapat ampunan Allah juga sebagian orang. Sedangkan 10 hari terakhir mulai loyo dan surut, karena hanya seitik orang yang dibebaskan dari api neraka. Begitulah katanya. Berarti aku harus kencangkan sabuk untuk tetap menjaga 10 hari pertama, kedua dan ketiga. Agar aku mendapat rahmat, ampunan, dan dibebaskan dari api neraka. Plus bonus malam 1000 bulan. Aamiin....

Bagi temen – temen yang ikut kajian di kampus 3 poltekkes pasti udah tau yah? Yang masih pengen tau lebih jauh, ayo bergabung ikut kajian di kampuss 3 poltekkes. Ditunggu silaturrahminya. #rela berbagi ikhlas memberi
Sabtu, 28 Juni 2014

Nur Amala