Meluaskan Manfaat Bersama LMI
Kenapa harus
menjadi sosok yang berbeda? Bukankah menjadi sama itu lebih mudah? Kenapa bisa
dipermudah harus dipersusah?
Setiap insan
memiliki karakter yang berbeda, sekalipun terlahir kembar identikpun tetap
memiliki keunikannya sendiri. Menjadi sosok yang berbeda dengan yang lainnya
adalah fitrah. Allah telah meniciptakan manusia sesuai dengan fitrahnya. Menjadi
sama dengan yang lainnya itu sesuatu yang tidak mudah, karena bisa jadi bukan
karakter atau bakatnya, yang dapat melukai fitrahnya. Sebagai contoh, Bagus
jago dibidang olahraga, sementara Teguh jago dibidang matematika. Persepsi pada
umumnya, anak yang berprestasi adalah yang jago dibidang matematika. Bahkan
orangtua Bagus memaksa Bagus untuk menguasai matematika. Bagus merasa tersiksa
dan mengalami kesusahan yang teramat berat untuk menjadi sama seperti Teguh
yang jago matematika. Meskipun Teguh sangat jago dibidang matematika, tetapi
ketika pelajaran olahraga, Teguh biasa saja dan tidak begitu menguasainya,
bahkan membutuhkan usaha lebih yang membuat Teguh merasa tidak nyaman. Ketika
orangtua Bagus sadar, dan mendukung Bagus untuk terus berlatih dibidang
olahraga, Bagus semakin jago dan menjadi atlet tingkat daerah, nasional, bahkan
internasional. Bagus memilih berkarier dibidang olahraga yang mengantarkannya
menjadi sosok berbeda versinya yang sukses. Walaupun perjalanan yang dilaluinya
tidaklah mudah, tetapi karena sesuai dengan karakternya maka akan terasa mudah
dan terus tertantang untuk melaluinya dengan sebaik-baiknya.
Menjadi sosok
yang berbeda seharusnya mudah, karena sesuai dengan fitrah. Jika kita menjadi
sosok yang sama, maka akan lebih susah karena keluar dari fitrah. Menjadi sosok
yang berbeda adalah dengan menemukan keunikan diri sendiri dan mengasahnya
dengan baik sehingga potensi yang ada dalam diri dapat muncul dengan baik. Hal
inilah yang bisa mendorong setiap individu untuk menjadi versi terbaik dirinya,
sehingga sukses versi masing-masing tak harus bersaing, tetapi saling
berkolaborasi untuk meluaskan manfaat. Tak ada perasaan insecure yang ada
hanyalah ungkapan syukur. Bukankah dengan bersyukur maka akan Allah tambah
berlipat-lipat kenikmatannya? Jika setiap individu bisa menjadi versi terbaik
dari dirinya, maka akan lebih meluas kebermanfaatannya. Bukankah sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat? Bulan Ramadan hadir sebagai sarana untuk
menjadikan setiap insan menjadi sosok yang berbeda meskipun dengan tujuan yang
sama menjadi insan yang bertakwa. Bulan Ramadan menjadi ajang untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Banyak suguhan amal shalih yang bisa dilakukan. Salah
satunya adalah dengan membaca al qur’an. Jika seseorang membaca al qur’an
dengan gaya khasnya, tidak meniru bacaan orang lain, maka akan terlihat sosok
pribadinya yang berbeda. Bacaan yang keluar atau terdengar merupakan hasil
reaksi antara si pembaca dengan indahnya kata-kata dalam al qur’an, yang
mungkin bisa lebih menggetarkan hati.
Memaksimalkan
amal shalih di bulan Ramadan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Tidak
harus menjadi sama seperti orang lain, tetapi harus menjadi sosok yang berbeda.
Bukankah menjadi sosok yang berbeda itu jauh lebih mudah? Diantara kita mungkin
ada yang dilebihkan rezekinya, sehingga bisa dengan mudahnya sedekah buka puasa
untuk jalan beramal shalihnya. Namun bagi yang belum bisa sedekah buka puasa,
tak perlu insecure, harus terus bersyukur dan perlu menjadi sosok yang
berbeda. Menjadi sosok yang berbeda harus bisa membaca berbagai peluang yang
ada. Buka puasa bersama banyak dilakukan di berbagai tempat, seperti di masjid.
Banyak masjid-masjid yang mengadakan buka puasa dan terkadang menyisakan
sampah. Mengambil bagian dalam pengelolaan sampah dengan memilahnya dan
mengolahnya agar tidak mencemari lingkungan dan bisa merubahnya menjadi sesuatu
yang lebih bernilai juga menjadi sarana beramal shalih. Bila belum bisa
berkontribusi dengan harta, maka bisa dengan pikiran, jika belum bisa juga,
bisa dengan tenaga. Namun kontribusi terbaik adalah jika dilakukan secara
kaafah (menyeluruh), baik dengan harta, pikiran, tenaga, maupun jiwa. Tentunya
semua itu harus dilakukan dengan ikhlas, semata-mata untuk meraih ridhaNya. Menjadi
sosok yang berbeda dan saling berkolaborasi dapat meluaskan manfaat yang sangat
luar biasa, sehingga bisa mencerminkan islam rahmat bagi semesta alam.
Menjadi sosok
yang berbeda tidak bisa berdiri sendiri, membutuhkan suatu instansi sebagai
sarana berkolaborasi agar sesuatu yang kecil dapat dihimpun menjadi hal yang
besar dan lebih luas manfaatnya. Ibarat sebuah pohon. Akar, batang, dan daunnya
tidak bisa berdiri sendiri, harus saling bersinergi, berkolaborasi menjadi satu
kesatuan yang utuh, dan baru bisa disebut pohon. Pohon yang terawat dengan
baik, akan tumbuh dan bisa menghasilkan buah yang manis. Begitu juga dalam
melakukan berbagai kebaikan, membutuhkan suatu Lembaga yang bisa menghimpun
sesuatu yang kecil menjadi hal besar yang lebih luas manfaatnya, sehingga
terasa lebih manis buahnya. LMI (Lembaga Manajemen Infaq) merupakan salah satu
Lembaga Amil Zakat berskala Nasional yang sudah terpercaya dan amanah dalam
menyalurkan banyak kebaikan dengan berbagai programnya. Terkhusus di bulan
Ramadan ini, banyak program kebaikan yang bisa menjadi alternatif pilihan untuk
menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan sebelumnya. Mulai dari program bekal
puasa keluarga dhuafa, kado lebaran yatim dan dhuafa, sedekah al qur’an, tebar
fidyah, zakat maal, dan tebar zakat fitrah. Sejatinya memberi sama dengan
menerima, dengan memberi maka hati akan terasa bahagia. Berbagai menu program
kebaikan Ramadan telah disuguhkan, tinggal pilih dan nikmatilah kelezatannya.
Semoga bisa menjadi sarana untuk menjadi sosok yang berbeda dari Ramadan
sebelumnya, tentunya menjadi sosok yang lebih baik dan bisa mencapai derajat
takwa.
Ada sebuah hadits
Rasulullah SAW yang patut menjadi renungan kita bersama yang artinya “Orang
yang paling penyayang kepada umatku adalah Abu Bakar. Orang yang paling tegas
dalam menegakkan urusan Allah adalah Umar. Orang yang paling memiliki rasa malu
adalah Utsman. Orang yang paling pandai membaca al qur’an adalah Ubay bin
Ka’ab. Orang yang paling ahli dalam ilmu faraidh adalah Zaid bin Tsabit. Orang
yang paling alim dalam membedakan mana yang halal dan haram adalah Mu’adz bin
Jabal. Bukankah setiap umat itu pasti ada yang berjiwa pemimpin dan pemimpin
umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah” (HR At Tirmidzi, An Nasa’I, Ath
Thabrani, dan Al Baihaqi).
Selamat menjadi
sosok yang berbeda. Semoga Allah mudahkan menjadi versi terbaik dirimu agar
lebih meluas kebermanfaatannya.
Website: lmizakat.id
Instagram: Instagram.com/lmizakat
Facebook:
facebook.com/lmizakat.org
“Tulisan ini diikutsertakan
dalam Lomba Blog “Meluaskan Manfaat” yang diselenggarakan oleh Lembaga
Manajemen Infaq dan Forum Lingkar Pena”